:D

"I dream my painting, I paint my dream"

:D

I dream my painting, I paint my dream

:D

"I dream my painting, I paint my dream"

Jumat, 27 September 2013

Umi Bukan Mama! (lanjut)


Gelap malam mulai terasa membalut sebagian bumi dengan kehitamannya. Seperti biasa, umi dan abinya baru pulang dari kesibukannya masing-masing dan mulai membersihkan diri sebelum akhirnya berbaring di ranjang karena kelelahan. Anne, dengan rasa gemasnya mencubit hidung uminya. Tak ada respon yang berarti dari umi, dan bisa ditebak, Anne kecewa. Masuklah ia ke dalam kamarnya dan menguncinya rapat-rapat. Anne tak menangis, hanya rasa kecewa yang sedang menyelimuti perasaannya malam ini. Putar musik dan mengerjakan tugas hingga larut malam seperti biasa yang akhirnya sedikit-sedikit bisa memulihkan kekecewaannya itu, dan ia...tertidur.

Esok  paginya, seperti sudah melupakan kejadian semalam, Anne menyapa uminya. Ya, hari ini jadwal umi libur bekerja dan tiba-tiba Anne mengajukan 1 permintaan. 

“Umi cantik, buatin Anne bekal ya untuk makan siang di sekolah”, rayu Anne.

Mungkin sudah pulih dari kelelahannya, umi pun mengangguk dan menerima permintaan dari Anne. Anne seakan tak bisa memendam rasa marahnya pada umi, ia biarkan rasa marah itu pudar pelan-pelan dan lekas berangkat ke sekolah. 

Anne sangat mencintai uminya. Baginya, umi adalah wanita yang kuat fisik mental, kuat lahir dan batin. Setelah umi berjuang melawan maut untuk melahirkan adik laki-lakinya yang tak berhasil secara normal, yang akhirnya perjuangan itu berakhir dengan operasi sesar, umi tetap bekerja mengurus rumah plus bekerja mencari tambahan penghasilan untuk biaya hidup mereka berlima, meskipun tak ada anjuran dari dokter. 

Ya, Anne terlahir dari keluarga yang sederhana. Sempat sih merasakan menjadi keluarga kalangan atas, namun itu hanya beberapa tahun saja sebelum akhirnya abinya mengundurkan diri dari perusahaannya yang collapse. Tak hanya itu, ekonomi keluarganya mulai melemah saat abinya mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakinya tak bisa untuk berjalan. Saat itu, umi lah yang menjadi tulang punggung keluarga mereka. Hebatnya, umi selalu mengurus pekerjaan rumah dari pukul 03.00 WIB, karena pukul 04.30 WIB umi sudah harus berangkat bekerja untuk menambah pendapatan dari abi. Hebatnya lagi, umi tak ingin mempekerjakan seseorang untuk mengurus pekerjaan rumah. Selagi umi masih diberi kekuatan oleh Allah, biarkan umi menjadi sosok isteri yang baik untuk abi dan sosok umi yang luar biasa untuk anak-anaknya, begitu ucap umi.

Air mata Anne tak terbendung mengingat masa-masa di mana keluarganya mengalami keterpurukan yang amat dalam. Namun, sekarang bukan waktu yang tepat untuk meratapi masa lalunya. Itu hanya sebuah masa lalu, di mana lembarannya hanya akan dibuka ketika kita membutuhkannya, bukan menginginkannya. Sekarang ialah waktunya untuk merasakan betapa bahagia kehidupan remaja seusianya.

Tata, Putri, Ovi, Almas, Nia, lima remaja yang selalu membuat atmosfer “bahagia” ketika ditambah Anne. Mereka berenam bukan komunitas “geng” atau apa lah yang biasanya membuat onar suasana. Mereka hanyalah remaja hampir stabil yang juga masih mencari jati dirinya. Hanya saja, mereka memang terlihat sering bersama. Sebuah ikatan pertemanan yang solid, di mana mereka dapat saling memberikan manfaat ketika menjalin sebuah persahabatan. Ini yang membuat Anne cepat melupakan masalah “rumahnya”. Ini space yang selalu dijadikan curahan hati tiap satu dari mereka. Anne merasa sangaaaat nyaman jika berada di samping mereka. Entah saat tertawa bersama maupun saat berduka bersama. Mereka berlima memiliki ruang tersendiri di dalam hati Anne yang selalu tersenyum ketika “she just lose energy without doing anything, sedang jatuh”.

“Minggu cus Yogya yuk”, ajak Almas

“Ayuuuuuuuuuuk, refreshing gitu abis UKK nih”, timpal Anne

“Sip lah, come ooooon”, ucap Ovi, Tata, Putri, Nia serempak

“Yaudah ya, aku pulang dulu. Byeee!” teriak Anne (to be continued)