Gelap malam mulai terasa membalut
sebagian bumi dengan kehitamannya. Seperti biasa, umi dan abinya baru pulang
dari kesibukannya masing-masing dan mulai membersihkan diri sebelum akhirnya
berbaring di ranjang karena kelelahan. Anne, dengan rasa gemasnya mencubit
hidung uminya. Tak ada respon yang berarti dari umi, dan bisa ditebak, Anne
kecewa. Masuklah ia ke dalam kamarnya dan menguncinya rapat-rapat. Anne tak
menangis, hanya rasa kecewa yang sedang menyelimuti perasaannya malam ini.
Putar musik dan mengerjakan tugas hingga larut malam seperti biasa yang
akhirnya sedikit-sedikit bisa memulihkan kekecewaannya itu, dan ia...tertidur.
Esok
paginya, seperti sudah melupakan kejadian semalam, Anne menyapa uminya.
Ya, hari ini jadwal umi libur bekerja dan tiba-tiba Anne mengajukan 1
permintaan.
“Umi cantik, buatin Anne bekal ya untuk makan siang
di sekolah”, rayu Anne.
Mungkin sudah pulih dari kelelahannya,
umi pun mengangguk dan menerima permintaan dari Anne. Anne seakan tak bisa
memendam rasa marahnya pada umi, ia biarkan rasa marah itu pudar pelan-pelan
dan lekas berangkat ke sekolah.
Anne sangat mencintai uminya. Baginya, umi
adalah wanita yang kuat fisik mental, kuat lahir dan batin. Setelah umi
berjuang melawan maut untuk melahirkan adik laki-lakinya yang tak berhasil secara
normal, yang akhirnya perjuangan itu berakhir dengan operasi sesar, umi tetap
bekerja mengurus rumah plus bekerja
mencari tambahan penghasilan untuk biaya hidup mereka berlima, meskipun tak ada
anjuran dari dokter.
Ya, Anne terlahir dari keluarga yang
sederhana. Sempat sih merasakan menjadi keluarga kalangan atas, namun itu hanya
beberapa tahun saja sebelum akhirnya abinya mengundurkan diri dari perusahaannya yang
collapse. Tak hanya itu, ekonomi keluarganya mulai melemah saat abinya
mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakinya tak bisa untuk berjalan. Saat
itu, umi lah yang menjadi tulang punggung keluarga mereka. Hebatnya, umi selalu
mengurus pekerjaan rumah dari pukul 03.00 WIB, karena pukul 04.30 WIB umi sudah
harus berangkat bekerja untuk menambah pendapatan dari abi. Hebatnya lagi, umi
tak ingin mempekerjakan seseorang untuk mengurus pekerjaan rumah. Selagi umi
masih diberi kekuatan oleh Allah, biarkan umi menjadi sosok isteri yang baik untuk abi dan
sosok umi yang luar biasa untuk anak-anaknya, begitu ucap umi.
Air mata Anne tak terbendung mengingat
masa-masa di mana keluarganya mengalami keterpurukan yang amat dalam. Namun, sekarang
bukan waktu yang tepat untuk meratapi masa lalunya. Itu hanya sebuah masa lalu,
di mana lembarannya hanya akan dibuka ketika kita membutuhkannya, bukan menginginkannya.
Sekarang ialah waktunya untuk merasakan betapa bahagia kehidupan remaja
seusianya.
Tata, Putri, Ovi, Almas, Nia, lima remaja yang selalu membuat atmosfer “bahagia” ketika ditambah Anne. Mereka
berenam bukan komunitas “geng” atau apa lah yang biasanya membuat onar suasana.
Mereka hanyalah remaja hampir stabil yang juga masih mencari jati dirinya. Hanya
saja, mereka memang terlihat sering bersama. Sebuah ikatan pertemanan yang
solid, di mana mereka dapat saling memberikan manfaat ketika menjalin sebuah
persahabatan. Ini yang membuat Anne cepat melupakan masalah “rumahnya”. Ini space
yang selalu dijadikan curahan hati tiap satu dari mereka. Anne merasa sangaaaat
nyaman jika berada di samping mereka. Entah saat tertawa bersama maupun saat
berduka bersama. Mereka berlima memiliki ruang tersendiri di dalam hati Anne
yang selalu tersenyum ketika “she just lose energy without doing anything,
sedang jatuh”.
“Minggu cus Yogya yuk”, ajak Almas
“Ayuuuuuuuuuuk, refreshing gitu abis UKK nih”,
timpal Anne
“Sip lah, come ooooon”, ucap Ovi, Tata, Putri, Nia
serempak
“Yaudah ya, aku pulang dulu. Byeee!” teriak Anne (to be continued)
0 komentar:
Posting Komentar