Lebih dari sekedar ingin mengucapkan "terima kasih"
Sejak fajar itu, menjadi lebih banyak merenung, lebih banyak belajar, lebih banyak bersyukur. Meski tak ada satu katapun yang aku dengar tentang keluhamu, percayalah siapapun bisa membacanya lewat dua bola mata mungilmu dan senyum simpul lesungpipitmu. Yang membuatku sangat terperanjak yaitu ketika engkau ucap lirih angka penunjuk waktu fajar itu. Seakan tidak percaya, namun itulah kenyataannya.
Kala senja hari itu datang, aku ingat "7 jam" itu. Aku juga ingat bagaimana ekspresi wajahmu ketika engkau tanyakan kepulangan ayahmu. Aku yang terlalu, mungkin. Tapi, bukankah itu hanyalah retoris belaka? Itu aku sedang tidak bermimpi, kan?Kuurungkan niatku untuk menanyakan hal itu, aku takut akan menyinggung "lika liku" hidupmu.
Terima kasih atas "7 jam" pengisi proses pendewasaan :)
0 komentar:
Posting Komentar