"Badannya besar, tapi kok lemes kalo liat cicak?"
"Hey, aku nggak kuat sama ketinggian!"
"Tidaaaaak, saya tidak mau lihat darah!"
"Buang kucing itu dari tempat ini!"
"Badut itu nggak lucu, pergi pergi!"
"Singkirkan buah duren itu, atau......"
Pernahkah mendengar kalimat-kalimat demikian? Tak perlu diragukan lagi. Jawabnya pasti pernah. Tak hanya satu ataupun dua orang yang mengatakan hal tersebut, namun tak sedikit orang yang pasti mengatakannya.
Lalu, mengapa mereka berkata demikian? Takutkah? Atau phobia?
Menurut "Wikipedia - Ensiklopedi Bebas",
Ketakutan adalah suatu tanggapan emosi terhadap ancaman. Takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya.
Sedangkan fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena.
Lalu, apa yang mereka takutkan atau phobiakan?
Takut biasanya identik dengan khawatir atau cemas. Rasa takut dapat menimbulkan kegelisahan. Contoh dari rasa takut itu sendiri misalnya, takut pada hewan-hewan berbahaya, takut menaiki kendaraan yang berkecepatan tinggi, takut menonton film action, atau takut melakukan hal-hal yang berbau dimensi luar. Ketakutan itu berbeda halnya dengan phobia. Karena, phobia merupakan pengaplikasian rasa takut yang berlebihan, hingga terkadang terlihat gejala aneh yang muncul saat ada orang yang menodongi hal yang sangat tidak disukainya. Pingsan? Mungkin. Misalnya saja saat ada orang yang mengajakmu ke atas gedung yang tingginya 1000 kaki, tiba-tiba kamu merasa lemas dan atau pingsan. Lalu ada orang yang menodongimu seekor laba-laba, tiba-tiba wajahmu pucat, lemas dan atau pingsan . Mungkin kamu dapat dikatakan phobia terhadap ketinggian dan laba-laba.
Lalu, mengapa mereka takut atau phobia?
Mungkin, karena mereka mengalami traumatic tersendiri dengan hal tersebut. Rasa takut tersebut selalu menyugesti pikiran diri mengenai kejadian yang akan terjadi, seperti
memburuknya suatu keadaan, atau mengalami hal yang menyakitkan. Analisis dari psikolog, hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor biologis di dalam tubuh, seperti
meningkatnya aliran darah dan metabolisme di otak. Bisa juga karena ada
sesuatu yang nggak normal di struktur otak. Masih ada penyebab lainnya yang dianalisa oleh psikolog,
yaitu phobia juga bisa terjadi karena budaya. Seperti di Jepang, Cina
dan Korea, masyarakatnya takut banget sama angka 4 (tetraphobia)
sedangkan di Italia takut sama angka 17 yang dianggapnya angka sial. Memang nggak rasional, tapi bener-bener terjadi.
Lalu, sebaiknya?
Disarankan supaya kita tidak boleh menganggap hal ini candaan yang intensitasnya atau memiliki frekuensi berlebihan. Kita tidak boleh menganggap bahwa rasa takut atau phobia yang dimiliki seseorang, adalah sebuah perilaku yang mungkin diluar dugaan kita secara remeh atau memandangnya sebagai bahan tertawaan bersama. Ya, jika penderitanya tidak mempersalahkannya, mungkin it's fine. Tapi, bayangkan jika penderitanya merasa jengkel kemudian sakit hati. Siapa yang salah?
Entah apa yang ada di benak mereka, yang jelas...kita yang tidak mengerti bagaimana cara menanggapi ketakutan atau kephobiaan teman kita cukup dengan memotivasinya untuk mengatasi rasa takutnya atau phobianya (?)
0 komentar:
Posting Komentar